Detik Kejatuhan Khilafah ( Luka Pedih Umat yg Kebas )
* August 20, 2006
Detik Hitam Kejatuhan Khilafah ottoman logo
Luka pedih umat yang kebas. Umat menderita kerana hilangnya tonggak penyatu kerajaan, wakil kesatuan kekuatan. Malang itu bertimpa-timpa dan luka itu semakin parah. Bukan sahaja tidak diubati malah makin melebar. Bertambah pedih hakikat apabila luka pedih itu terasa kebas oleh ummatal Quran, umat Islam yang tidak terasa apa-apa apabila mercu lambang Islam itu ranap dimamah musuh-musuh Islam, tidak kira Yahudi mahupun munafik. Luka itu terasa lagi kebasnya apabila tubuh itu diratah tapi tuannya masih lagi bergembira! Luka itu dibadan yang disuntik pelali hedonisme dan kejahilan, racun syirik dan taklid, sedangkan penawar ada di rak-rak rumah. Ayuh bangkitlah umatku! Masukkan perhiasan ayat-ayat itu dalam jiwamu!
3 Mac 1924 - Khilafah dihancurkan 3 Mac 2000 -
76 tahun umat Islam menderita kerana tiada Khilafah Pada 3 Mac (Maret) 1924 Khilafah (sistem pemerintahan (Islam) secara rasmi telah dihapuskan oleh Mustafa Kamal Ataturk di Turki. Mustafa Kamal, agen Britain, telah bertindak menghapuskan Khilafah sesuai dengan arahan (instruksi) yang telah diberikan oleh negara-negara Barat kepadanya. Khilafah inilah yang telah menyatukan umat Islam seluruh dunia dari berbagai bangsa dan berlainan kedudukan geografi dalam sebuah negara, seorang pemimpin, sebuah bendera dan satu undang-undang.
Malangnya negara-negara Barat telah menanamkan ideologi Barat seperti demokrasi, liberalisme, komunisme dan sosialisme sehingga mengakibatkan umat Islam meninggalkan Islam. Mereka juga menanam semangat nasionalisme yang mengakibatkan umat Islam berpecah kepada lebih dari 50 buah negara yang kita saksikan sehingga hari ini. Tidak ada kepimpinan alternatif pada hari ini walaupun beberapa buah negara mendakwa bahwa mereka adalah negara Islam seperti Sudan, Iran, Arab Saudi dan Afghanistan. Negara-negara tersebut mencampurkan Islam dengan sistems-sistem lain tetapi malangnya mengaku mereka melaksanakan Islam dengan sempurna. Janganlah umat Islam patah semangat. Ingatlah Allah SWT akan membantu mereka yang mengikut perintahNya sebagaimana yang telah Allah SWT janjikan dalam Quran. Rasulullah SAW juga telah berjanji bahwa Khilafah akan muncul semula menyelamatkan umat Islam dari masalah yang mereka hadapi hari ini.
Khilafah
Khilafah adalah kepimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syari’at Islam dan mengembang da’wah ke segenap penjuru dunia. Kata lain dari Khilafah adalah Imamah. Imamah dan Khilafah mempunyai arti yang sama. Banyak hadits sahih yang menunjukkan bahwa dua kata itu memiliki konotasi yang sama. Bahkan tidak ada satu nas pun, baik dalam Al-Quran maupun Al-Hadits yang menyebutkan kedua istilah itu dengan makna yang saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Kaum muslimin tidak harus terikat dengan salah satu dari keduanya, apakah istilah khilafah atau pun imamah. Sebab yang menjadi pegangan dalam hal ini adalah makna yang ditunjukkan oleh kedua istilah itu.
Menegakkan khilafah hukumnya fardu (wajib) bagi seluruh kaum muslimin. Sebagaimana telah dimaklumi bahwa melaksanakan suatu kewajipan yang telah dibebankan oleh Allah SWT kepada kaum muslimin adalah suatu keharusan yang menuntut pelaksanaan tanpa tawar menawar lagi dan tidak pula ada kompromi. Demikianlah adanya dengan kewajipan menegakkan khilafah. Melalaikannya berarti merupakan salah satu perbuatan maksiat terbesar dan Allah akan mengazab para pelakunya dengan siksaan yang sangat pedih. Dalil-dalil mengenai kewajipan menegakkan khilafah bagi seluruh kaum muslimin termaktub dalam Quran, Sunnah dan Ijma’ As-Sahabat.
Dalam Quran, Allah SWT telah memerintahkan Rasulullah SAW agar menegakkan hukum di antara kaum muslimin dengan hukum yang telah diturunkanNya. Dan perintah itu dalam bentuk yang tegas (pasti). Allah SWT berfirman,
“ Maka putuskanlah perkara di antara manusia dengan apa yang telah diturunkan Allah dan janganlah engkau menuruti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu” (al-Maidah, 48)
“ (Dan) Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka. Dan waspadalah engkau terhadap fitnah mereka yang hendak memalingkan dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (Al-Maidah, 49)
Firman Allah SWT yang ditujukan kepada RasulNya juga merupakan seruan untuk ummatnya, selama tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa firman itu dikhususkan untuk beliau. Sementara pada ayat ini tidak ditemukan dalil yang mengkhususkannya kepada Nabi, sehingga menjadi seruan yang juga ditujukan kepada kaum muslimin untuk mewujudkan pemerintahan. Tidak ada arti lain dalam mengangkat khilafah kecuali mewujudkan pemerintahan.
Sambungan
Dari buku yang dikarang oleh Syeikh Muhammad Ismail, seorang ulamak Timur Tengah
(1) Kewajipan mendirikan sistem pemerintahan Islam.
(2) Adalah berdosa jika tidak berusaha menegakkan Negara Islam.
(3) Khalifah (Imam) adalah pelindung bagi umat Islam
Allah SWT juga memerintahkan agar kaum muslimin mentaati ‘Ulil Amri’ iaitu penguasa. Perintah ini juga termasuk di antara yang menunjukkan kewajiban adanya penguasa atas kaum muslimin. Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri dari kamu sekalian.” (An-Nisa, 59)
Tentu saja Allah SWT tidak memerintahkan kaum muslimin untuk mentaati seseorang yang tidak berwujud. Sehingga menjadi jelas bahwa mewujudkan ulil amri adalah suatu yang wajib. Tatkala Allah memberi perintah untuk mentaati ulil amri, berarti pula perintah untuk mewujudkannya. Adanya ulil amri menyebabkan terlaksananya kewajiban menegakkan hukum syara’, sedangkan mengabaikan terwujudnya ulil amri menyebabkan tersia-sianya hukum syara’. Jadi mewujudkan ulil amri itu adalah wajib, karena kalau tidak diwujudkan akan menyebabkan terlanggarnya perkara yang haram yaitu menyia-nyiakan hukum syara’. Sedangkan dalil dari As-Sunnah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Nafi’ yang berkata: Umar radiyallahu ‘anhu telah berkata kepadaku: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“ Siapa saja yang melepas tangannya dari ketaatan kepada Allah, nescaya ia akan berjumpa Allah di hari kiamat tanpa memiliki hujjah. Dan siapa saja yang mati sedangkan di pundaknya (lehernya) tidak ada bai’at (oath of allegiance, ketaatan kepada Khalifah), maka matinya adalah seperti mati jahiliyah.”
Nabi SAW mewajibkan adanya bai’at pada pundak setiap muslim dan mensifati orang yang mati dalam keadaan tidak berbai’at seperti matinya orang-orang jahiliyah. Padahal bai’at hanya dapat diberikan kepada Khalifah bukan kepada yang lain. Rasulullah SAW telah mewajibkan atas setiap muslim agar di pundaknya selalu ada bai’at kepada seorang Khalifah, namun tidak mewajibkan setiap muslim untuk melakukan proses bai’at kepada Khalifah secara langsung. Yang wajib adalah adanya bai’at pada pundak setiap muslim, yaitu adanya seorang Khalifah yang mempunyai hak bai’at dari setiap muslim.
Jadi keberadaan (kewujudan) Khalifahlah yang akan memenuhi tuntutan hukum adanya bai’at di atas pundak setiap muslim. Oleh kerana itu, hadits di atas adalah dalil kewajipan mengangkat seorang Khalifah dan bukan merupakan dalil kewajipan mengangkat berbai’at. Sebab, dalam hadits tersebut yang dicela oleh Rasulullah SAW adalah keadaan tidak adanya bai’at pada pundak setiap muslim hingga ia mati, bukan kerana tidak melaksanakan bai’at.
Imam Muslim telah meriwayatkan dari Al-A’raj dari Abi Hurairah dari Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang Imam (Khalifah) adalah laksana perisai, di mana orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya sebagai pelindung (bagi dirinya).”
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Abi Hazim yang berkata, “Aku telah mengikuti majelis Abi Hurairah selama 5 tahun. Pernah aku mendengarnya menyampaikan hadis dari Rasulullah SAW yang bersabda, “Dahulu, Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada Nabi sesudahku. (Tetapi) nanti akan ada banyak Khalifah". Para sahabat bertanya, ‘Apakah yang engkau perintahkan kepada kami?’ Beliau menjawab, “Penuhilah bai’at yang pertama, dan yang pertama itu saja. Berikanlah kepada mereka haknyak kerana Allah nanti akan menuntut pertanggungjawaban mereka tentang rakyat yang dibebankan urusannya kepada mereka”.
Dari Ibnu Abbas dari Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang membenci sesuatu dari amirnya hendaknya ia tetap bersabar. Sebab, siapa saja yang keluar (memberontak) dari penguasa sejengkal saja kemudian mati dalam keadaan demikian, maka matinya adalah seperti mati jahiliyah.”
Hadis-hadis ini di antaranya merupakan pemberitahuan (ikhbar) dari Rasulullah SAW bahawa akan ada penguasa-penguasa yang memerintah kaum muslimin, dan bahwa seorang Khalifah adalah laksana perisai.
Pernyataan Rasulullah SAW bahwa seorang imam itu laksana perisai menunjukkan pemberitahuan tentang adanya makna functional dari keberadaan (kewujudan) seorang Imam (Khalifah) dan ini merupakan suatu tuntutan. Sebab, setiap pemberitahuan yang berasal dari Allah dan RasulNya, apabila mengandungi celaan (adz dzamm) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk meninggalkan atau merupakan larangan; dan apabila mengandung pujian (al mad-hu) maka yang dimaksud adalah tuntutan untuk melakukan perbuatan. Dan kalau pelaksanaan perbuatan yang dituntut itu menyebabkan tegaknya hukum syara’ atau jika ditinggalkan mengakibatkan terbengkalainya hukum syara’, maka tuntutan untuk melaksanakan perbuatan itu berarti sifat tegas.
Information and Links
Join the fray by commenting, tracking what others have to say, or linking to it from your blog.
Information
August 20th, 2006
2 Responses
Feeds and Links
Comment Feed
From This Author
Del.icio.us
Digg
Technorati
Categories
Islam dan Isu Semasa
Sirah
Materi Tarbiyah
Fikrah dan Dakwah
Related Posts
Kejatuhan Granada, Sepanyol (Moga luka itu sembuh)
Tanah kamu dan aku
Pemuda Islam….
Artikel Sempena Sambutan Kemerdekaan
Taujihah: Saat Indah Menyambut Kemerdekaan!
Tools
Print This Post
EMail This Post
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Sultan Abdul Hamid II (Khilafah Uthmaniyyah Terakhir)
* September 8, 2006
Sultan Abdul Hamid II (Khilafah Uthmaniyyah Terakhir)
ana rasa perkataan yg lebih betul ialah KHALIFAH bukannya KHILAFAH.. sbb walaupun dua perkataan tu berkaitan tp mksudnya sgt berbeza.. KHALIFAH ialah pemimpin kepada KHILAFAH yang bermaksud empayar atau kerajaan Islam...
sekadar pendapat
terima kasih atas teguran.
Post a Comment